Jumat, 28 Agustus 2009

Sewaktu SD Dulu


Saat ini gue mau menceritakan pengalaman-pengalaman menarik saat gue menginjak bangku sekolah dasar dulu. Gue bersekolah di SD Dipamarga Samadi, tepatnya di duren sawit. Sekolah gue sangat sederhana bangunannya, namun sejuk dan nyaman, tidak ada AC hanya memakai penyejuk alami..


Dalam satu angkatan hanya ada 1 kelas saja, mungkin maksimal 2 kelas, itupun hanya di satu angkatan yaitu angkatan guw waktu itu. Ga tau kenapa masa-masa SD itu sangat menyenangkan, tidak bisa disamakan dengan masa ini. Semuanya kompak banget ga ada yang memisahkan diri dari yang laen. Waktu itu gue punya temen deket yang namanya Miando, Hans dan Eden. Mereka yang selalu sama-sama gue saat di sekolah. Mereka memiliki peran yang berbeda , ada yang sebagai kakak, ada yang menjadi teman sepenanggungan, dan juga menjadi sahabat. Mereka semua yang paling mendorong gue saat gue susah, senang, dan sedih. Miando gue anggap sebagai abang gue saat itu, dia memberikan perhatian layaknya kakak yang care sama adiknya. Mungkin waktu itu gue belum mengerti dengan semua yang terjadi saat itu, dan saat mengingat kenangan semasa SD, gue baru sadar klo mereka semua memberikan arti yang penting bagi hidup gue sekarang. Mungkin kalau ga ada mereka gue ga akan menjadi yang seperti sekarang ini.


Banyak yang mengira kalau masa SD itu biasa-biasa aja, karena waktu itu kita semua masih kecil dan ga mengerti apa-apa, namun, bagi gue semua yang terjadi dalam hidup ini penting, ga ada satupun yang gak penting. Semua yang sekarang berlanjut, terjadi karena adanya kejadian yang terjadi dulu.


Pernah gue ingat waktu guw kelas 5 ato 6 SD, masa dimana friendship kita diuji. Saat itu Hans dan Miando salah paham, guw ga tau asal mulanya, pokoknya sejak itu mereka musuhan dan ga pernah ngomong satu sama lain. Melihat itu gue kebingungan dan merasa jadi gak nyaman gara-gara kita gak bareng lagi. Eh, keesokan harinya di sore hari, Hans nelfon gue dan cerita tentang masalahnya dengan Miando dan minta bantuan gue, namanya masih anak SD yang ga ngerti apa apa yah guw jadi bingung sendiri harus gimana. Hans pingin minta maaf sama Miando tapi dia bingung harus gimana, dia ngaku kalau semua itu gara-gara dia sendiri, dia pun minta gue untuk ngomong ke Miando soal ini, supaya pertengkaran ini bisa cepat diselesaikan. Guw pun dengan polosnya nanya ke dia gimana caranya guw ngomong ke dia buat maafin si Hans. Tapi dia ga memberi ide apapun, pokoknya dia minta bantuan gue dengan sangat.

Hmm, setelah itu dia menutup telponnya dan guw pun akhirnya kebingungan, antara deg-degan dan takut.

Akhirnya tanpa pikir panjang gue pun langsung menelpon si Miando tanpa persiapan apapun, begini percakapannya:

M: halo ini siapa ya?
G: ini guswandi
M: kenapa gus?
G: mm, besok ad pr apa aj ya? (maklum basa basi dulu sebelum ke topik utama, saking deg2an)
M: oh, cuma ada peer mat sama ips doank koq, tumben nelpon?
G: ini, sebenernya guw cuma mo nanya aj, lo kenapa si sama Hans, kayaknya ga enak aj ngeliat lo bdua diem2an gt..
M: oh itu,dianya aja yang mulai duluan kayak gitu, guw sih biasa-biasa aja
G: Lo baekan dong sama Hans, kan biar enak kayak dulu, ga misah-misah gini..
M: lho, kalo mau baekan yah terserah dia, guw sih udah maafin semua kelakuan dia, yah pokoknya terserah dia mau gimana. Toh, bukan guw yang mulai.
G: mmm, oo, yaudah deh.. makasih ya
M: yoo


Setelah telpon itu ditutup, guw pun merasa lega, untungnya dia ga menyimpan ke dalam hati, dan gak menganggap semua itu menggangunya, dia udah ga mau pikirin itu lagi, jadi guw juga gak ngelanjutin obrolan tadi.

Kring..kring.. telpon kembali berbunyi, ternyata Hans benar-benar tepat waktu dan gak sabaran lagi mengenai kelanjutan ceritanya, soalnya dia bilang kalau dia bakal menelpon gue lagi 10 menit berikutnya setelah guw menelpon Miando. Begini :

H: halo gus,, (dengan nada yang tergesa-gesa ingin tau bagaimana pendapat miando)
G: iy hans
H: gimana tadi?!udah lo telpon kan?
G: udah koq..
H: terus dia ngomong apa?
G: hmm, dia sih udah ga mempermasalahkan semua itu, dia juga udah maafin elo koq.
H: truz trus..
G: dia bilang sih, klo emang lo pengen minta maaf, ya minta maaf aja ke dia ga usa pakai perantara (a.k.a gue)gt..
H: hmm, gmn yah, duh jadi bingung nih..
G: ya udah lo minta maaf aj klo lo udah berbuat hal yang bikin dia ga enak, moga-moga dia ga masukin ke hati.
H: hmm, oke deh, guw bakal coba, makasih ya gus.. (dengan perasaan yang lega pula)
G: oke, yo
H: yoo (tutup telpon)


Oh iya, gara-gara temen guw dulu sering mengakhiri telepn dengan kata "yo" akhirnya sampai sekarang guw kebiasaan seperti itu, bukannya "dah" malah "yo". haha

Lanjut ke cerita, setelah itu, keesokan harinya Hans minta maaf ke Miando atas semua kesalahannya, Miando pun cuma bilang kalau masalah yang seperti ini ga usah dibesar-besarin deh, guw udah maafin lo dari awal ko, semua itu diakhiri dengan berjabat tangan.. Setelah itu semuanya kembali seperti biasa.. ^^


Guw dari dulu pingin banget menyimpan cerita ini dalam benak guw dalam-dalam, soalnya, semua kenangan ini berarti banget buat guw dan sangat disayangkan bila dilupakan bgitu saja.


Mungkin guw membuat blog juga untuk melawan lupa alias pikun coz guw orangnya gampang banget lupa ga tau kenapa. Semoga cerita ini berkesan juga di hati para readers..


Terimakasih juga buat Miando, Eden, sama teman-teman esdeh gue. Udah lama ga ketemu kalian lagi sejak lulus SD..


Buat Hans maaf banget guw ga dateng waktu penghormatan terakhir waktu itu, semoga dengan ini guw dan teman-teman yang lain bakal mengenang lo dengan bahagia. Goodbye Hans, i wish you'll live peacefully in Heaven, thank you so much for this reminisce.

Kamis, 20 Agustus 2009

Awan Hitam dan Putih


Bila kulihat ke atas langit

terlihat sesuatu yang indah

tercermin kelegaan dihati

Setiap kali kulihat awan di pagi hari

pesona kenyamanan pun terpancar dari sana

Saat dua orang bersamaan menatap langit

maka mereka dapat saling melihat

Kekurangan dan kelebihan pun terpancar

bersamaan dengan perpaduan langit yang biru dan awan yang putih

Tetapi saat langit berubah menjadi hitam

dan petir mulai bergemuruh

Seketika suasana menjadi kelam

Perasaan yang tadinya bahagia berubah

terasa tekanan demi tekanan

karna tak dapat melihat luasnya dunia

Tidak ada yang dapat kulakukan

Hingga nanti pada akhirnya

Semua itu hilang dengan pergantian waktu

yang selama ini selalu kutunggu

Melihat kembali secercah cahaya penuh harapan

Cerahnya memenuhi hati memudarkan kepenatan



Puisi ini gue dedikasikan
terhadap kecintaan gue terhadap langit.