Selasa, 15 September 2009

Suatu Senja Bersama Ompung dan Cucunya

Akhirnya guw pun menyelesaikan segala kegiatan-kegiatan guw di skul, termasuk ulangan, remed, dan yang paling melelahkan adalah latihan upacara, jadi karena dalam waktu dekat kelas guw dapat tugas buat upacara, kami pun terus latihan dan memakai jam pelajaran. Yang bikin enak kita ga usah belajar lagi dan yang ga enak pas kita latian selalu aja lapangan panasnya minta ampun, tapi tetap saja kita semua bersenang-senang saat itu.


Setelah itu gue pun menuju ke kalimalang untuk mencari angkot menuju ke rumah guw. Saat itu sepi sekali gak seperti biasanya banyak yang menunggu angkot. Setelah beberapa menit kemudian guw pun mendapati angkot yang lumayan kosong, guw pun segera menaikinya. Dan setelah guw naik masuklah seorang anak sd yang berpakaian pramuka bersama ompung yang menemaninya.


Saat itu guw berpikir, kenapa anak tersebut malah dijemput oleh neneknya yang sudah tua bukan orangtuanya, apalagi mereka naik angkot. Dalam lamanya perjalanan gue pun melupakan pertanyaan itu sejenak dan melihat keadaan sekitar. Ternyata dalam kendaraan yang gue naiki saat itu banyak juga yang tertidur dalam angkot, yang pertama adalah seorang bapak yang memakai topi hitam, kedua seorang yang memakai t-shirt orange dan yang ketiga adalah seorang ibu yang memakai baju biru terang. Betapa lucunya mereka saat tertidur waktu itu.


Sepintas gue pun memperhatikan anak dan ompungnya tersebut bercerita, sang ompung bertanya tentang guru dari anak tersebut tetapi sang cucu malah tidak mengingat nama dari guru yang dibicarakan oleh ompungnya. Setiap berbicara sang cucu memanggil "pung, pung dan pung" sontak guw inget nama panggilan temen guw yang agak aneh itu. Gue melihat kedekatan yang begitu erat antara sang ompung dan cucunya. Mungkin anak itu sudah terbiasa diasuh oleh sang nenek. Sang nenek menggenggam tas serta peralatan lainnya milik sang cucu, padahal dia pun sudah sulit menggerakkan kakinya. Kebayangkan betapa lelahnya si nenek yang menjemput cucunya dan berjalan sangat jauh dan menanjak.


Beberapa menit kemudian si cucu mulai tertidur, dan karena angkot terus bergoyang tidak stabil, sang ompung pun memegang kepala si cucu yang terjedot-jedot dengan kaca mobil. Sempat guw hampir tertawa melihat anak laki-laki tersebut. Sang ompung memegang kepala cucu dengan tangan kirinya sambil mendekapkan kepala si cucu ke pundaknya. Betapa indahnya pemandangan yang baru aja gue lihat, jarang sekali kejadian itu terjadi di depan mata guw. Dan yang paling menggugah saat si cucu tidur makin pulas dan gak bisa menahan tubuhnya dan mulai tersungkur ke bawah, dengan cepat sang ompung melepas tas yang tadi dipegangnya dan diapit di kaki lalu dengan sigap ia menaikkan tubuh si cucu dan memeluknya lebih erat lagi di dekapannya yang hangat.


Guw pun berpikir betapa indahnya kasih sayang terhadap seseorang yang kita sayangi. Apalagi semua itu diberikan dengan tulus tanpa ada paksaan dan yang ada hanya rasa yang sepenuhnya berasal dari hati. Readers, mulailah dengan tulus menyayangi orang-orang yang berarti dalam hidup kita, jangan sampai kita menyesal karena tidak sempat menyayangi mereka, karena semua itu sangat berarti, walau sekarang kita tidak menyadari keberadaan mereka dalam hidup ini.








Sayangilah orang disekitarmu dengan tulus apa adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar